Minggu, 01 November 2015

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium



Keselamatan dan Kesehatan Kerja Laboratorium Kimia

Keselamatan dan Keamanan Kerja atau laboratory safety (K3) memerlukan
perhatian khusus , karena penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja
dengan intensitas yang mengkawatirkan yaitu 9 orang/hari . Oleh karena itu K3
seyogyanya melekat pada pelaksanaan praktikum dan penelitian di laboratorium.
Laboratorium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan
eksprimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus. Penggunaan bahan kimia
dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Pada umumnya kecelakan
kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dg cara membina dan
mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium.
Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak
berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat
yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan
berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yg dimaksud
termasuk orang yg ada disekitarnya.

Peraturan Keselamatan Kerja
Tujuan Peraturan Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin :
a. Kesehatan , keselamatan dan kesejahteraan orang yg bekerja di laboratorium.
b. Mencegah orang lain terkena resiko terganggu kesehatannya akibat kegiatan di
laboratorium.
c. Mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar dan
beracun
d. Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara,
sehingga tidak berdampak negative terhadap lingkungan.

Aturan umum yang terdapat dalam peraturan itu menyangkut hal hal sebagai berikut :
a. Orang yang tak berkepintingan dilarang masuk laboratorium, untuk mencegah
hal yang tidak diinginkan.
b. Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi mengenai
bahaya bahan kimia, alat alat dan cara pemakaiannya.
c. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
d. Harus tau cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran, eye shower,
respirator dan alat keselamatan kerja yang lain.
e. Setiap laboran /Pekerja laboratorium harus tau memberi pertolongan darurat
(P3K).
f. Latihan keselamatan harus dipraktekkan secara periodik bukan dihapalkan
saja
g. Dilarang makan minum dan merokok di lab, bhal ini berlaku juga untuk
laboran dan kepala Laboratorium.3
h. Jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan lelucon lain ketika bekerja di
laboratorium
i. Jauhkan alat alat yang tak digunakan, tas,hand phone dan benda lain dari atas
meja kerja.


Pakaian di Laboratorium
Pekerja laboratorium harus mentaati etika berbusana di laboratorium. Busana
yang dikenakan di laboratorium berbeda dengan busana yang digunakan sehari hari.
Busana atau pakaian di laboratorium hendaklah mengikuti aturan sebagai berikut :
a. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak oleh bahan kimia, sepatu yang
terbuka, sepatu licin, atau berhak tinggi.
b. Wanita dan pria yang memiliki rambut panjang harus diikat, rambut panjang
yang tidak terikat dapat menyebabkan kecelakaan. karena dapat tersangkut
pada alat yang berputar.
c. Pakailah jas praktikum, sarung tangan dan pelindung yang lain dg baik
meskipun, penggunaan alat alat keselamatan menjadikan tidak nyaman.
Bekerja dg Bahan Kimia
Bila anda bekerja dengan bahan kimia maka diperlukan perhatian dan
kecermatan dalam penanganannya. Adapaun hal umum yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut :
a. Hindari kontak langsung dg bahan kimia
b. Hindari menghirup langsung uap bahan kimia
c. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus
( cukup dg mengkibaskan kearah hidung )
d. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dg kulit menimbulkan iritasi (pedih dan
gatal


Memindahkan Bahan Kimia
Seorang laboran pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan kimia pada
setiap kerjanya. Ketika melakukan pemindahan bahan kimia maka harus diperhatikan
hal hal sebagai berikut :
a. Baca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan
dalam pengambilan bahan misalnya antara asam sitrat dan asam nitrat.
b. Pindahkan sesuai jumlah yang diperlukan
c. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan
d. Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula untuk
menghindari kontaminasi, meskipun dalam hal ini kadang terasa boros

Memindahkan Bahan Kimia Cair
Ada sedikit perbedaan ketika seorang laboran memindahkan bahan kimia
yang wujudnya cair. Hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Tutup botol dibuka dg cara dipegang dg jari tangan dan sekaligus telapak
tangan memegang botol tersebut.
b. Tutup botol jangan ditaruh diatas meja karena isi botol bisa terkotori oleh
kotoran yang ada diatas meja.
c. Pindahkan cairan menggunakan batang pengaduk untuk menghindari percikan.
d. Pindahkan dengan alat lain seperti pipet volume shg lebih mudah.


Memindahkan Bahan Kimia Padat
Pemindahan bahan kimia padat memerlukan penanganan sebagai berikut :
a. Gunakan sendok sungu atau alat lain yang bukan berasal dari logam.
b. Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.
c. Gunakan alat untuk memindahkan bebas dari kontaminasi. Hindari satu
sendok untuk bermacam macam keperluan


Cara Pemanasan Larutan dalam Tabung Reaksi
Pemanasan tabung reaksi sering dilakukan dalam suatu percobaan di
laboratorium. Ada banyak reaksi yang harus dilakukan pemanasan untuk
mempercepat proses reaksi. Tata cara melakukan pemanasan tabung reaksi adalah :
a. Isi tabung reaksi sebagian saja, sekitar sepertiganya.
b. Api pemanas terletak pada bag bawah larutan.
c. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
d. Arah mulut tabung reaksi pada tempat yang kosong agar percikannya tidak
mengenai orang lain.


Cara memanaskan dengan gelas Kimia
Pemanasan yang dilakukan menggunakan gelas kimia ( bukan tabung reaksi)
maka harus memperhatikan aturan sebagai berikut :
a. Gunakan kaki tiga sebagai penopang gelas kimia tersebut.
b. Letakkan batang gelas atau batu didih pada gelas kimia untuk menghindari
pemanasan mendadak.
c. Jika gelas kimia tersebut berfungsi sbg penagas air , isikan air seperempatnya
saja supaya tidak terjadi tumpahan.


Peralatan dan Cara Kerja
Bekerja dengan alat alat kimia juga berpotensi terjadinya kecelakaan kerja,
oleh karena itu harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :
a. Botol reagen harus dipegang dg cara pada bagian label ada pada telapak
tangan .
b. Banyak peralatan terbuat dari gelas , hati hati kena pecahan kaca. Bila
memasukkan gelas pada prop-karet gunakan sarung tangan sebagai pelindung.6
c. Ketika menggunakan pembakar spritus hati hati jangan sampai tumpah di meja
karena mudah terbakar. Jika digunakan bunsen amati keadaan selang apakah
masih baik atau tidak.
d. Hati hati bila mengencerkan asam sulfat pekat, asam sulfatlah yang dituang
sedikit demi sedikit dalam air dan bukan sebaliknya.


Pembuangan Limbah
Limbah bahan kimia secara umum meracuni lingkungan, oleh karena itu perlu
penanganan khusus :
a. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan .
b. Buang pada tempat yang disediakan
c. Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur ulang.
d. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat khusus.
e. Limbah yang tidak berbahaya (Misal : detergen) boleh langsung dibuang ,dg
pengenceran air yang cukup banyak.
f. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.
g. Limbah cair yang tidak larut dlm air dan beracun dikumpulkan pada botol dan
diberi label yg jelas.


Terkena Bahan Kimia
Kecelakaan kerja bias saja terjadi meskipun telah bekerja dengan hati hati.
Bila hal itu terjadi maka perhatikan hal hal sebagai berikut :
a. Jangan panik .
b. Mintalah bantuan rekan anda yg ada didekat anda, oleh karenanya dilarang
bekerja sendirian di laboratorium.
c. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dg bahan tersegut, bila
memungkinkan bilas sampai bersih 7
d. Bila kena kulit, jangan digaruk , supaya tidak merata.
e. Bawaah keluar ruangan korban supaya banyak menghirup oksigen.
f. Bila mengkawatirkan kesehatannya segera hubungi paramedik secepatnya.


Terjadi Kebakaran
Kebakaran bisa saja terjadi di laboratorium, karena di dalamnya banyak
tersimpan bahan yang mudah terbakar. Bila terjadi kebakaran maka :
a. Jangan Panik
b. Segera bunyikan alarm tanda bahaya.
c. Identifikasi bahan yang terbakar (kelas A;B atau C), padamkan dg kelas
pemadam yang sesuai ( Contoh kebakaran klas B bensin, minyak tanah dll
tidak boleh disiram dg air)
d. Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan masker atau tutup hidung
dengan sapu tangan.
e. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dg cepa.
f. Cari Bantuan Pemadam Kebakaran , oleh karenanya No Telpon Pemadam
Kebakaran haru ada di Lab.


Kombinasi Bahan yang harus dihindari
Kombinasi bahan dibawah ini berpotensi terjadi kecelakaan kerja, oleh
karenanya harus dihindari.
a. Natrium atau Kalium dg air
b. Amonium nitrat, serbuk seng dan air
c. Kalium nitrat dg natrium asetat
d. Nitrat dengan ester
e. Peroksida dg magnesium, seng atau aluminium
f. Benzena atau alkohol dg api


Gas Berbahaya
Ada beberapa gas yang berbahaya keberadaanya di laboratorium. Gas gas
tersebut adalah :
a. Bersifat Iritasi
gas HCl, HF, nitrat dan nitrit, klorin,sulfur dioksida ( cermati baunya yg
nyegrak).

SOP Labu Ukur

SOP cara menggunakan Labu Ukur

SOP PADA LABU UKUR


1.     Pengoperasian Labu Ukur

Prinsip kerja: Labu ukur memiliki ketelitian tinggi sehingga sering digunakan untuk mengukur larutan secara teliti.
Proses penggunaan labu ukur:
Labu Ukur adalah sebuah perangkat yang memiliki kapasitas antara 5 mL sampai 5 L dan biasanya instrumen ini digunakan untuk mengencerkan zat tertentu hingga batas leher labu ukur. Alat ini biasanya digunakan untuk mendapatkan larutan zat tertentu yang nantinya hanya digunakan dalam ukuran yang terbatas hanya sebagai sampel dengan menggunakan pipet. Dalam sistem pengenceran, untuk zat yang tidak berwarna, penambahan aquadest sampai menunjukkan garis meniskus berada di leher labu. Untuk zat yang berwarna, penambahan aquadets hingga dasar meniskus yang menyentuh leher labu (meniskus berada di atas garis leher).
salah satu kegunaan labu ukur adalah untuk pengenceran, berikut langkah kerjanya:
a.       Zat terlarut ditimbang teliti ke dalam labu ukur
b.      Di tambahkan air suling
c.       Campuran digoyang melingkar untuk melarutkan zat terlarut
d.      Setelah ditambahkan air lagi, digunakan pipet tetes untuk menambahkan air dengan hati-hati sampai volume cairan tepat berimpit dengan tanda lingkaran pada leher labu
e.      Labu disumbat dan kemudian dikocok agar larutan seragam.
2.     Pemeliharaan Labu Ukur
a.       Cara pembersihan
Cara membersihkan peralatan gelas merupakan bagian dari cara kerja yang baik di dalam suatu laboratorium. Dalam suatu analisa tidak dapat dipungkiri bahwa kesalahan dalam pengambilan sampel dengan menggunakan peralatan gelas tersebut (labu ukur, pipet volume, gelas ukur, dsb) mengakibatkan terjadinya perbedaan hasil analisa. Peralatan gelas yang saya sebutkan tersebut diatas memang dalam pembeliannya sudah disertakan sertifikat kalibrasi yang menyatakan toleransi dari alat ukur tersebut. Tetapi sangat dimungkinkan didalam penggunaanya untuk suatu analisa peralatan gelas tersebut terdapat kotoran entah itu berasal dari sampel atau lingkungan (debu atau kotoran lainnya), pemanasan yang dilakukan pada saat pengeringan dari alat tersebut yang menyebabkan toleransi dari peralatan gelas tersebut berubah tidak sesuai dengan spesifikasinya.
Pembersihan alat gelas inipun sangat disarankan dilakukan sebelum dilakukan kalibrasi terhadap alat ukur volume tersebut, sehingga dapat dihindari hasil kalibrasi yang out of spesification dari toleransi alat gelas tersebut.
Berikut ini adalah prosedur sederhana tentang bagaimana cara membersihkan peralatan gelas:
Beberapa bahan yang digunakan untuk membuat peralatan gelas yang paling umum kita kenal adalah borosilikat. Peralatan gelas dari bahan ini lebih lama mempertahankan status kalibrasinya asalkan tidak digunakan untuk bahan hot phosporic acid, hot alkalis, hydrocloric acid serta dipanaskan pada suhu lebih dari 150 derajat celcius. Bahan tersebut tentunya lebih unggul dari peralatan gelas yang terbuat dari soda lime yang akan frosted seiring dengan berjalannya waktu.
Karena sifat yang tidak tahan terhadap basa kuat maka pembersihan peratan gelas disarankan menggunakan deterjen dengan konsentrasi tidak lebih dari 2%.
Jika peralatan gelas tersebut kita gunakan untuk analisa lemak maka dalam pembersihannya dapat menggunakan pelarut organik (dibilas dan direndam) kemudian pada tahap akhir baru direndam dengan menggunakan air.
Pada saat pembersihan sangat disarankan menggunakan busa atau sikat plasik yang halus sehingga tidak merusak peralatan gelas tersebut.
Metode yang disebutkan di atas merupakan metode yang umum mengenai cara membersihkan peralatan gelas, meskipun ada beberapa metode khusus yang digunakan untuk membersihkan peralatan gelas misalnya dengan campuran hidrogen peroxida 3 % dan asam sulfat 3% (untuk kotoran yang berasal dari noda permanganat), dengan menggunakan larutan HCl 50 % (untuk kotoran berupa noda besi), dengan menggunakan larutan asam kromat (untuk kotoran yang berasal dari noda lemak).
Setelah dilakukan pembersihan melalui langkah diatas maka perlu dilakukan pengeringan.Rak peniris merupakan alat bantu yang paling baik digunakan dalam proses pengeringan. Jika ternyata harus menggunakan pemanasan pastikan bahwa suhu oven pengering yang digunakan tidak melebihi dari 60 derajat celsius.
b.      Cara penyimpanan labu ukur
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan labu di laboratorium :
·         Aman
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang.
·         Mudah dicari
Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci).
·         Mudah diambil
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.
3.     Pemeriksaan Labu Ukur
Peralatan kimia dapat rusak walaupun tidak digunakan. Kerusakan alat kimia disebabkan oleh beberapafaktor baik internal maupun eksternal.Faktor–faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat adalah:
a.       Udara
b.      Cairan: air, asam, basa
c.       Panas/temperatur tinggi
d.      Mekanik
e.      Sinar/cahaya
f.        Api
1)      Adanya bahan bakar
2)      Adanya panas yang cukup tinggi yang dapat mengubah bahan bakar dapat terbakar (mencapai titik bakar)
3)      Adanya oksigen
g.       Sifat bahan kimia
4.     Kalibrasi Labu Ukur
Prosedur :
·         Timbang labu ukur yang sudah bersih dan kering, misal beratnya A gram.
·          Isi labu ukur tersebut dengan air murni yang sudah diukur suhunya sampai tanda batas, kemudian timbang kembali, misal beratnya B gram.
·         Ukur temperatur air, temperatur udara, dan tekanan udara.
Perhitungan :
Baca faktor koreksi untuk volum labu ukur pada suhu air terukur misalnya x gram
Baca faktor koreksi untuk tekanan udara terukur, misalnya y gram.
Volume labu ukur = (A-B+ x)- y = Z mL
5.     Uji Fungsi Kerja Labu Ukur
·         Jenis / tipe peralatan volumetrik yang akan diuji.
Peralatan volumetrik yang digunakan untuk mengukur volume yang tepat, tetapi  tidak memiliki sertifikat pengukuhan / penegasan atau spesifikasi yang dijinkan yang disediakan oleh pabrik (seperti BRAND) atau yang setingkat, harus diuji untuk penegasan.
·         Frekuensi
Alat-alat tersebut diatas harus diuji untuk penegasan, dilakukan oleh petugas laboratorium sebelum alat tersebut digunakan untuk pertama kalinya.
·         Cara kerja
Dalam melakukan uji penegasan gunakan air bebas mineral atau aquadest dengan temperatur 20 ± 20°C , yang diisikan kedalam alat yang akan diuji dan telah ditimbang sampai volume sesuai dengan yang ditinjukkan atau mencapai tanda “tentukan berat alat yang sudah terisi dengan neraca analitik dan hitung berat air atau aquadest yang diisikan cari densitas air yang sesuai dengan temperatur ( 1 g/ml untuk 20°C).
Cara kerja ini dapat dimodifikasi dengan menggunakan pelarut organik, (seperti etanol, sikloheksan) sebagai pengganti air atau aquadest, untuk kalibrasi dengan mempertimbangkan densitas masing-masing pelarut. Pada setiap pengujian, lakukan minimum 5 kali pengujian secara individu, untuk menentukan nilai rata-rata atau penyimpangan baku (standard deviation).

SOP Neraca Analitik



  SOP Cara Menggunakan Neraca Analitik


Cara mempergunakan timbangan


1.    Sebelum menimbang
Perhatikan apakah betul-betul neraca diletakkan mendatar dengan melihat water pas pada neraca
Neraca harus selalu berada dalam posisi terkunci sebelum digunakan
Piring neraca bersih dan pintu timbangan tertutup
Tombol pengontrol dan mikrometer berat harus berada dalam posisi nol

2.    Meletakkan timbangan dalam posisi nol
Dalam keadaan tanpa beban, pintu timbangan tertutup semua tombol pengontrol berat pada posisi nol
Kunci dilepaskan dalam keadaan beban penuh
Kalau skala optik telah berhenti bergerak, amati penunjuk skala nol dengan pengatur nol
Kembalikan tombol pengunci ke posisi semula
 
3.    Meletakkan beban
Neraca dalam posisi terkunci, letakkan beban ditengah piring neraca. Gunakan pinset (penjepit). Tangan jangan masuk ke dalam ruang neraca untuk menghindari perubahan suhu atau kelembaban yang lebih besar.
Tutup pintu timbagan begitu selesai meletakkan bahan
Jangan meletakkan bahan kimia atau contoh analisa langsung pada piring timbangan, gunakan cawan, kertas saring atau gelas arloji
 
4.    Penimbangan bahan
Lepaskan tombol pengunci dalam posisi setengah terkunci
Dengan tombol satuan gram cari berat kasar dari beban
Kalau beban lebih besar dari 10 gram, gunakan tobol puluhan gram sampai terlihat skala bergerak bebas
Kembalikan tombol pengunci ke posisi terkunci. Setelah berhenti sejenak, lepaskan tombol pengunci pada posisi bebas penuh
Setelah skala berhenti, pembacaan yang tepat diatur oleh mikrometer
Jumlah gram langsung dibaca disebelah kiri tanda titk dan angka disebelah kanan, titik dibaca dengan nonius atau dengan cara lain tergantung jenis timbangan. Ada yang sampai empat angka dibelakang titik
 
5.    Selesai menimbang
Tuliskan angka hasil penimbangan pada catatan saudara
Kembalikan tombol pengunci dalam posisi terkunci
Ambil bahan (sampel) dari piring timbangan
Kembalikan semua tombol pemberat ke posisi nol

PERHATIAN


1.    Meletakkan dan mengambil beban hanya apabila neraca dalam posisi terkunci
2.    Mengubah-ubah tombol puluhan atau satuan gram hanya dalam posisi setengan terkunci atau terkunci penuh
3.    Untuk menstandarisasi neraca, lihat petunjuk (manual) dari masing-masing neraca
4.    Setiap selesai menggunakan, neraca harus dalam keadaan bersih dan kering
5.    Jika menggunakan neraca analisis elektris sebelum digunakan, neraca dipanaskan 10 menit.